Hai sobat ceria Fathul Education, bertemu lagi sama saya dengan Fa Edu atau Fathul Education.
Beberapa minggu lalu saya disuruh mencari sejarah mengenai salah satu kerajaan yang ada di indonesia. Dan kebetulan sekali, saya teringat dengan salah satu kerajaan tertua di indonesia yaitu kerajaan kutai. pasti salah satudari kalian juga mengalami hal yang sama kan? oleh karenanya saya ingin membagikan ini kepada sahabat semua lengkap dan terjamin.
oke langsung saja kita ke TKP :)
Berdasarkan terjemahan prasasti-prasasti bukti peninggalan Kerajaan Kutai, dapat diketahui bahwa masyarakat di Kerajaan Kutai tertata, tertib dan teratur. Diperkirakan masyarakat Kutai telah terbagi menjadi beberapa kasta.
Selain golongan brahmana, terdapat pula golongan ksatria. Golongan ini terdiri dari kerabat dekat raja dan raja itu sendiri. Dikatakan dalam satu sumber bahwa keluarga Kudungga (selain dia) pernah melakukan upacara Vratyastima, yaitu upacara penyucian diri untuk masuk pada kasta ksatria. Terbukti dari arti nama nama raja yang memerintah Kerajaan Kutai (kecuali Kudungga ) yaitu adanya kata ‘warman’ di akhir nama raja yang berasal dari bahasa Sanskerta. Penambahan nama ”warman” biasanya melalui upacara atau penobatan raja secara agama Hindu.
Prasasti Yupa merupakan salah satu bukti sejarah Kerajaan Kutai yang
paling tua. Dari prasasti inilah diketahui tentang adanya Kerajaan Kutai di
Kalimantan. Di dalam prasasti ini terdapat tulisan-tulisan yang menggunakan
bahasa Sansekerta dan juga aksara/huruf Pallawa.
Beberapa minggu lalu saya disuruh mencari sejarah mengenai salah satu kerajaan yang ada di indonesia. Dan kebetulan sekali, saya teringat dengan salah satu kerajaan tertua di indonesia yaitu kerajaan kutai. pasti salah satudari kalian juga mengalami hal yang sama kan? oleh karenanya saya ingin membagikan ini kepada sahabat semua lengkap dan terjamin.
oke langsung saja kita ke TKP :)
Kerajaan
Kutai
Kerajaan Kutai (Martadipura) merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia.
Kerajaan Kutai diperkirakan muncul pada abad 5 M atau ± 400 M. Kerajaan
ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur (dekat kota Tenggarong), tepatnya
di hulu sungai Mahakam. Nama Kutai diambil dari nama tempat ditemukannya
prasasti yang menggambarkan kerajaan tersebut. Nama Kutai diberikan oleh para
ahli karena tidak ada prasasti yang secara jelas menyebutkan nama kerajaan ini.
Karena memang sangat sedikit informasi yang dapat diperoleh akibat kurangnya
sumber sejarah.
Keberadaan kerajaan tersebut diketahui berdasarkan sumber berita yang
ditemukan yaitu berupa prasasti yang berbentuk yupa / tiang batu berjumlah 7
buah. Yupa yang menggunakan huruf Pallawa dan bahasa sansekerta tersebut, dapat
disimpulkan tentang keberadaan Kerajaan Kutai dalam berbagai aspek kebudayaan,
antara lain politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Adapun isi prasati tersebut
menyatakan bahwa raja pertama Kerajaan Kutai bernama Kudungga. Ia mempunyai
seorang putra bernama Asawarman yang disebut sebagai wamsakerta (pembentuk keluarga).
Setelah meninggal, Asawarman digantikan oleh Mulawarman. Penggunaan nama
Asawarman dan nama-nama raja pada generasi berikutnya menunjukkan telah
masuknya pengaruh ajaran Hindu dalam Kerajaan Kutai dan hal tersebut
membuktikan bahwa raja-raja Kutai adalah orang Indonesia asli yang telah
memeluk agama Hindu.
A. SISTEM POLITIK KERAJAAN
KUTAI
Dalam kehidupan politik seperti yang dijelaskan dalam yupa bahwa raja
terbesar Kutai adalah Mulawarman, putra Aswawarman dan Aswawarman adalah putra
Kudungga. Dalam yupa juga dijelaskan bahwa Aswawarman disebut sebagai Dewa
Ansuman/Dewa Matahari dan dipandang sebagai Wangsakerta atau pendiri keluarga
raja. Hal ini berarti Asmawarman sudah menganut agama Hindu dan dipandang
sebagai pendiri keluarga atau dinasti dalam agama Hindu. Untuk itu para ahli
berpendapat Kudungga masih nama Indonesia asli dan masih sebagai kepala suku,
yang menurunkan raja-raja Kutai. Dalam kehidupan sosial terjalin hubungan yang
harmonis/erat antara Raja Mulawarman dengan kaum Brahmana, seperti yang
dijelaskan dalam yupa, bahwa raja Mulawarman memberi sedekah 20.000 ekor sapi
kepada kaum Brahmana di dalam tanah yang suci bernama Waprakeswara. Istilah
Waprakeswara–tempat suci untuk memuja Dewa Siwa di pulau Jawa disebut Baprakewara.
B. RAJA-RAJA KERAJAAN KUTAI
Berdasarkan salah satu isi prasasti Yupa, kita dapat mengetahui
nama-nama raja yang pernah memerintah di Kutai, yaitu Kundungga, Aswawarman dan
Mulawarman. Prasasti tersebut adalah:
“Srinatah sri-narendrasya, kundungasya mahatmanah, putro svavarmmo
vikhyatah, vansakartta yathansuman, Tasya putra mahatmanah, tryas traya
ivagnayah, tesn traynam prvrah, tapobala-damanvitah, sri mulavarmma
rajendro,yastva bahusuvarunakam, tasya yjnasya yupo ‘yam, dvijendarais
samprakalpitah.
(Sang maharaja Kundungga, yang amat mulia, mempunyai putra yang
masyhur, sang Aswawarman yang seperti ansuman, sang Aswawarman mempunyai tiga
putra yang seperti api yang suci. Yang paling terkemuka ialah sang Mulawarman,
raja yang berperadaban baik, kuat, dan kuasa. Dia melaksanakan selamatan dengan
emas yang banyak. Untuk itulah Tugu batu ini didirikan)
Berikut raja-raja yang pernah memerintah di kerajaan kutai.
1.
Maharaja Kudungga
Adalah raja pertama yang berkuasa di kerajaan kutai. Nama Maharaja
Kudungga oleh para ahli sejarah ditafsirkan sebagai nama asli orang Indonesia
yang belum terpengaruh dengan nama budaya India.Dapat kita lihat, nama raja
tersebut masih menggunakan nama lokal sehingga para ahli berpendapat bahwa pada
masa pemerintahan Raja Kudungga pengaruh Hindu baru masuk ke wilayahnya.
Kedudukan Raja Kudungga pada awalnya adalah kepala suku. Dengan masuknya
pengaruh Hindu, ia mengubah struktur pemerintahannya menjadi kerajaan dan
mengangkat dirinya sebagai raja, sehingga penggantian raja dilakukan secara
turun temurun.
2. Maharaja Asmawarman
Prasasti yupa menceritakan bahwa Raja Aswawarman adalah raja yang cakap
dan kuat. Pada masa pemerintahannya, wilayah kekuasaan Kutai diperluas lagi.
Hal ini dibuktikan dengan dilakukannya Upacara Asmawedha pada masanya.
Upacara-upacara ini pernah dilakukan di India pada masa pemerintahan Raja
Samudragupta ketika ingin memperluas wilayahnya. Dalam upacara itu dilaksanakan
pelepasan kuda dengan tujuan untuk menentukan batas kekuasaan Kerajaan Kutai (
ditentukan dengan tapak kaki kuda yang nampak pada tanah hingga tapak yang
terakhir nampak disitulah batas kekuasaan Kerajaan Kutai ). Pelepasan kuda-kuda
itu diikuti oleh prajurit Kerajaan Kutai.
3. Maharaja Mulawarman
Raja Mulawarman merupakan anak dari Raja Aswawarman yang menjadi
penerusnya. Nama Mulawarman dan Aswawarman sangat kental dengan pengaruh bahasa
Sanskerta bila dilihat dari cara penulisannya. Raja Mulawarman adalah raja
terbesar dari Kerajaan Kutai. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Kutai
mengalami masa kejayaannya. Rakyat-rakyatnya hidup tentram dan sejahtera hingga
Raja Mulawarman mengadakan upacara kurban emas yang amat banyak.
4. Maharaja Irwansyah
5. Maharaja Sri Aswawarman
6. Maharaja Marawijaya Warman
7. Maharaja Gajayana Warman
8. Maharaja Tungga Warman
9. Maharaja Jayanaga Warman
10. Maharaja Nalasinga Warman
11. Maharaja Nala Parana Tungga
12. Maharaja Gadingga Warman Dewa
13. Maharaja Indra Warman Dewa
14. Maharaja Sangga Warman Dewa
15. Maharaja Singsingamangaraja XXI
16. Maharaja Candrawarman
17. Maharaja Prabu Nefi Suriagus
18. Maharaja Ahmad Ridho Darmawan
19. Maharaja Riski Subhana
20. Maharaja Sri Langka Dewa
21. Maharaja Guna Parana Dewa
22. Maharaja Wijaya Warman
23. Maharaja Indra Mulya
24. Maharaja Sri Aji Dewa
25. Maharaja Mulia Putera
26. Maharaja Nala Pandita
27. Maharaja Indra Paruta Dewa
28. Maharaja Dharma Setia
C. Sistem Perekonomian
Perekonomian kerajaan Kutai
sangat bergantung dengan keberadaan Sungai Mahakam. Berdasarkan bukti yang
ditemukan dapat diketahui bahwa perekonomian Kerajaan Kutai terletak di sector
perdagangan, pertanian, dan peternakan. Kerjaan Kutai sangat terkenal dengan
hasil hutannya seperti getah kayu meranti, dammar, gaharu, rotan, batu permata,
dan bulu-bulu burung yang indah. Komoditas tersebut diperdagangkan ke luar
melalui pelayaran di sepanjang Sungai Mahakam. Keberadaan 20.000 lembu yang
digunakan oleh Raja Mulawarman untuk para brahmana yang tercantum dalam
prasasti Yupa menunjukkan tentang adanya usaha peternakan yang dilakukan oleh
masyarakat Kutai.
Kehidupan ekonomi di kerajaan Kutai tergambar dalam salah satu
prasasti, yang isinya, seperti berikut ini.
"(Tugu ini ditulis
untuk (peringatan) dua (perkara) yang telah disedekahkan oleh sang Mulawarman
yakni segunung minyak, dengan lampu dan malai bunga)"
Dari Isi Yupa di atas, kita dapat menemukan beberapa benda yang disedekahkan
yaitu minyak, lampu, dan malai bunga. Sedekah dari raja kepada Brahmana pasti
dalam jumlah yang besar. Untuk itu, diperlukan jumlah minyak, lampu dan malai
bunga yang banyak. Benda-benda itu didapatkan dalam jumlah yang banyak jika ada
upaya untuk memperbanyaknya.
Adanya minyak dan bunga malai, kita dapat menyimpulkan bahwa sudah ada
usaha dalam bidang pertanian yang dilakukan oleh masyarakat Kutai. Sementara
itu, lampu-lampu tersebut dihasilkan dari usaha dibidang kerajinan dan
pertukangan. Hal ini menunjukkan bahwa kedua bidang usaha tersebut sudah
berkembang di lingkungan masyarakat Kutai.
Begitu pula pada prasasti yang lain, berisikan sebagai berikut.
"Mulawarman, raja yang mulia dan terkemuka telah memberi sedekah
20.000 ekor sapi kepada para Brahmana yang seperti api. Bertempat didalam tanah
yang sangat suci Waprakeswara, buat peringatan akan kebaikan didirikan Tugu
ini)"
Kehidupan ekonomi yang dapat disimpulkan dari prasasti tersebut adalah
keberadaan sapi yang dipersembahkan oleh Raja Mulawarman kepada Brahmana.
Keberadaan sapi menunjukkan adanya usaha peternakan yang dilakukan oleh rakyat
Kutai. Arca-arca yang ditemukan oleh para arkeolog menunjukkan bahwa arca
tersebut bukan berasal dari Kalimantan, tetapi berasal dari India. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa sudah ada hubungan antara Kutai dan India, terutama
hubungan dagang.
D. Kehidupan Sosial
Berdasarkan terjemahan prasasti-prasasti bukti peninggalan Kerajaan Kutai, dapat diketahui bahwa masyarakat di Kerajaan Kutai tertata, tertib dan teratur. Diperkirakan masyarakat Kutai telah terbagi menjadi beberapa kasta.
Dari bukti prasasti yupa
yang ditemukan, tulisan yang digunakan merupakan huruf Pallawa dengan
menggunakan bahasa Sanskerta serta dengan pemberian hadiah sapi, disimpulkan
bahwa dalam masyarakat Kutai terdapat golongan brahmana, yang sebagaimana
memegang monopoli penyebaran dan upacara keagamaan.
Selain golongan brahmana, terdapat pula golongan ksatria. Golongan ini terdiri dari kerabat dekat raja dan raja itu sendiri. Dikatakan dalam satu sumber bahwa keluarga Kudungga (selain dia) pernah melakukan upacara Vratyastima, yaitu upacara penyucian diri untuk masuk pada kasta ksatria. Terbukti dari arti nama nama raja yang memerintah Kerajaan Kutai (kecuali Kudungga ) yaitu adanya kata ‘warman’ di akhir nama raja yang berasal dari bahasa Sanskerta. Penambahan nama ”warman” biasanya melalui upacara atau penobatan raja secara agama Hindu.
E. Agama dan Sistem Kepercayaan
Kerajaan Kutai mempercayai
agama Hindu yaitu Hindu Syiwa. Tetapi di luar golongan brahmana dan ksatria,
sebagian besar masyarakat Kutai masih menjalankan adat istiadat dan kepercayaan
asli mereka. Jadi, walaupun Hindu telah menjadi agama resmi kerajaan, masih
terdapat kebebasan bagi masyarakatnya untuk menjalankan kepercayaan asli
leluhurnya.
F. Peninggalan-peninggalan Kerajaan Kutai
1. Prasasti
Yupa
Isi dari Prasasti Yupa mengungkapkan sejarah dari Kerajaan Hindu yang
berada di Muara Kaman, di hulu Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Secara garis
besar prasasti tersebut menceritakan tentang kehidupan politik, sosial dan
budaya Kerajaan Kutai.
Ketopong adalah mahkota yang biasa dipakai oleh Sultan Kerajaan Kutai
yang terbuat dari emas. Ketopong ini memiliki berat 1,98 kg dan saat ini masih
tersimpan di Museum Nasional Jakarta. Benda bersejarah yang satu ini ditemukan
di Mura Kaman, Kutai Kartanegara pada tahun 1890. Sedangkan yang dipajang di
Museum Mulawarman merupakan ketopong tiruan.
Bukti sejarah Kerajaan Kutai yang satu ini cukup unik, karena berwujud
kura-kura emas. Benda bersejarah ini saat ini berada di Museum Mulawarman.
Benda yang memiliki ukuran sebesar kepalan tangan ini ditemukan di daerah Long
Lalang, daerah yang berada di hulu Sungai Mahakam.
Dari riwayat yang diketahui benda ini merupakan persembahan dari
seorang pangeran dari Kerajaan China untuk Putri Raja Kutai, Aji Bidara Putih.
Kura-kura emas ini merupakan bukti dari pangeran tersebut untuk mempersunting
sang putri.
Singgasana Sultan adalah salah satu peninggalan sejarah Kerajaan Kutai
yang masih terjaga sampai saat ini. Benda ini diletakan di Museum Mulawarman.
Pada zaman dahulu Singgasana ini digunakan oleh Sultan Aji Muhammad
Sulaiman serta raja-raja Kutai sebelumnya. Singgasana Sultan ini dilengkapi
dengan payung serta umbul-umbul serta peraduan pengantin Kutai Keraton.
oke sobat udah dulu ya, semga artikel ini bermanfaat untuk kita semua. jika ada kesalahan atu kekurangan mohon isi di kolom komentar ya supaya nanti saya bisa memperbaikinya.
Jangan lupa untuk share artike ini ke teman-teman kalian supaya mereka tau dmana mencari materi-materi mengenai tugas sekolah atau ingin menambah wawasan. Dan jangan lupa untuk follow instagram saya dengan @fathul_yusri11 dan juga halam facebook kami.
oke sampai jumpa di artikel berikutnya sobat ceria FA DE atau Fathul Eduation :)
oke sobat udah dulu ya, semga artikel ini bermanfaat untuk kita semua. jika ada kesalahan atu kekurangan mohon isi di kolom komentar ya supaya nanti saya bisa memperbaikinya.
Jangan lupa untuk share artike ini ke teman-teman kalian supaya mereka tau dmana mencari materi-materi mengenai tugas sekolah atau ingin menambah wawasan. Dan jangan lupa untuk follow instagram saya dengan @fathul_yusri11 dan juga halam facebook kami.
oke sampai jumpa di artikel berikutnya sobat ceria FA DE atau Fathul Eduation :)
Labels:
sejarah indonesia
Thanks for reading Sejarah Kerajaan Kutai. Please share...!
0 Comment for "Sejarah Kerajaan Kutai"